SILUET DI PINGGIR PANTAI
Hampir semua ikan di Selat Biru pernah melihat seorang puteri yang amat khusyuk bertapa. Ia bersandar pada ranting-ranting kering dengan dedaunan liar yang tumbuh di pinggir pantai. Tubuhnya terbenam air, hanya kepalanya saja yang tampak. Gadis itu bertekad tidak akan meninggalkan pertapaannya barang sedetikpun sebelum doanya terkabul.
Pada suatu malam yang dingin di bulan ke delapan dari tapanya, Siluet, demikian nama puteri itu, tiba-tiba merasakan belaian tangan di kepalanya. Siluet kaget sekali, ia segera.mendongakkan kepalanya. Dilihatnya seorang puteri cantik bersama lelaki tampan yang mukanya luar biasa bercahaya.
“Wahai Paduka, Dewa-Dewi-kah yang telah mengusap kepala hamba?” tanya Siluet.
“Siluet, Aku Dewi Malam bersama Dewa Laut. Kami kagum pada tekadmu bertapa. Sudah tujuh bulan kau lakukan taba brata seperti ini. Sebenarnya apa maumu?” tanya Dewi Malam.
“Duh Dewi. Entahlah apa yang kucari karena aku tak tahu. Yang kuingin adalah melihat dengan mata kepalaku sendiri, apa yang bercahaya nun jauh di laut itu. Setiap malam aku melihat cahaya berkelap-kelip di permukaan laut. Apakah di dasar laut juga demikian? Aku ingin mengambil cahaya itu, lalu kutempel di wajahku, agar wajahku cantik bercahaya seperti Dewi Malam,” pinta Siluet berterus terang.
“Yang bercahaya di permukaan laut itu adalah Cacing Laut Betina. Cacing Laut Betina hanya hidup di tengah laut Segitiga Bermuda dan Segitiga Masalembo,” demikian Dewa Laut menerangkan.
“Sungguh hebat ciptaan Dewa Laut. Bolehkan hamba ingin melihat secara dekat Cacing Laut Betina. Sebab jika hamba mendekatinya dengan sampan, cahaya itu hilang. Jika kucari dengan menyelam, cahaya itupun tak tampak lagi. Di dasar laut yang dalam, aku juga mendengar bahwa ada Ubur-Ubur bercahaya yang amat indah. Wahai Dewa Laut, izinkanlah hamba melihatnya langsung.”
“Hanya itukah keinginanmu hingga bertapa 7 bulan di pinggir pantai?” tanya Dewa Laut.
“Ya Dewa, andai bawah laut memang demikian indah, Izinkanlah hamba menjadi ikan dan manusia yang cantik bercahaya,” pinta Siluet.
“Wahhh, aneh sekali permintaanmu! Kau ingin menjadi ikan? Begini saja, marilah kuajak melihat Cacing Laut Betina di tengah laut. Lalu menyelam di dasar laut yang dalam melihat Ubur-Ubur bercahaya. Jika kau suka, akan kupertimbangkan permohonanmu,” ajak Dewa Laut. Tentu saja Siluet sangat gembira diajak melihat hal-hal yang bercahaya di tengah laut. Artinya permohonan tapanya selama ini dikabulkan.
Maka berangkatlah Siluet diajak terbang oleh Dewa Laut dan Dewa Malam ke tengah laut. Siluet tidak takut. Ia bahkan sangat menikmati dibawa terbang oleh para Dewa hingga sampai di tengah laut. Dari atas, cahaya di tengah laut sudah tampak begitu indah.
Itulah Cacing Laut Betina. Ia hewan seperti Kunang-kunang di sawah, berkelip-kelip. ketika memperagakan kilau cahaya untuk menarik perhatian Cacing Laut Jantan dengan lampu kecilnya. Siluet amat kagum oleh permainan cahaya di tengah laut. Ribuan Cacing-cacing Betina dan Jantan berkumpul jadi satu selama beberapa lama hingga muncul planet Bulan di langit. Cahaya planet Bulan membuat Cacing-cacing itu menyelam di dasar laut, takut jika cahayanya direbut planet Bulan.
Siluet kecewa, Cacing-cacning itu hanya muncul tak lebih dari setengah jam. Padahal ia masih ingin melihat lebih lama. Akhirnya Dewa Laut mengajak Siluet menyelam di air.
“Tetapi kau tak mungkin bisa menyelam lebih dari 15 detik. Kamu harus berubah menjadi Ikan Duyung jika ingin melihat kedalaman dasar laut. Jika kau mau, kami juga akan menemanimu menjadi Ikan Duyung,” bujuk Dewa Laut dan Dewi Malam.
“Apakah Ikan Duyung itu Dewa Laut?”
“Ikan Duyung adalah manusia setengah ikan. Ekornya ikan kepalanya manusia. Mau?”
Tentu saja Siluet tidak menolak. Inilah saat yang ditunggu-tunggu, meski menjadi Ikan, itu tidak masalah asal ia bisa melihat apa yang ada di dasar laut. Maka tiba-tiba mereka bertiga sudah tercebur di tengah laut.
“Siluet, saat ini kakimu berubah menjadi ekor ikan. Jika kembali ke darat, kakimu akan berubah lagi menjadi kaki manusia biasa,” Siluet mengangguk. Ia sudah tak sabar diajak menyelam ke dasar laut.
“Kita gunakan tali, agar tidak terpisah, sebab di dalam laut gelap sekali.” Maka ketiga Duyung itu digandeng dengan tali dan mereka pun menyelam. Memang di dalam laut gelap sekali. Malam cukup dingin, cahaya Bulan tak bisa menembus kedalaman laut lebih dari 5 meter. Siluet tak bisa melihat apapun. Padahal mereka terus menyelam ke tambah dalam karena ingin melihat dasar laut.
“Siluet kita sudah berada 600 meter di bawah permukaan air laut,” kata Dewa Laut.
“Wah dalam sekali,” seru Siluet. “Sstt. tenanglah, sebentar lagi akan kau lihat sesuatu yang amat indah.”
Benar, sedikit ke dalam lagi, Siluet melihat pemandangan menakjubkan dari kegelapan lautan. Mereka adalah makhluk dasar laut. Jika di permukaan ada Cacing Laut Betina, di dasar laut ada makhluk yang memancarkan cahaya merah, hijau, biru, kuning dll. Dialah Ubur-ubur. Pertunjukan cahaya ini seperti melihat seni lukis hidup yang diperankan oleh Ubur-ubur. Tubuh Ubur-ubur lunak dan lembut seperti kaca. Ketika mengeluarkan cahaya, sinarnya memantul indah, apalagi ketika bergerak, pantulan cahaya bergoyang bersamaan dengan lenggak lenggoknya air. Sungguh memukau.
Siluet puas melihat dasar laut. Ia seperti bermimpi berada di antara cahaya yang bersimpangan di sekitar tubuhnya. Ia ingin menangkap, tetapi tangannya dijerat tali agar tidak terpisah dari Dewa Laut. Siluet gembira sekali. Iapun bermain-main dengan Ubur-ubur, bercakap-cakap dan bergembira bersama Ubur-ubur.
Ketika badannya terasa sangat lelah, Sikuet dibawa kembali ke pertapannya oleh Dewa Laut dan Dewi Malam. Ia mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada para Dewa. Namun ia tetap masih ingin sesuatu.
“Apalagi yang kau inginkan, Siluet?” tanya Dewi Malam.
“Hamba belum melihat dasar laut di siang hari. Sedangkan di dasar laut malam tadi, hamba tak sempat mengambil cahaya dari makhluk laut untuk kutempel di wajahku agar hamba menjadi cantik jelita,” kata Siluet.
“Di siang hari, dasar laut penuh dengan terumbu dan karang-karang dengan hiasan ikan laut aneka warna yang sangat indah,” kata Dewa Laut.
“Mohon hamba diajak kesana, dan bagaimana dengan cahaya di wajahku?” pinta Siluet.
“Siluet, kami harus segera pulang ke istana Dewa,” kata Dewi Malam. Siluet terus mendesak hingga kedua Dewa kewalahan. Akhirnya Siluet disuruh melihat sendiri dasar laut di siang hari.
“Baiklah. Agar bisa melihat dasar laut kapan pun kau mau, kau akan menjadi Ikan Duyung jika tubuhmu tersentuh air laut. Jika di darat, kau kembali menjadi manusia yang cantik bercahaya karena cahaya laut sudah menempel di wajahmu,” kata Dewa Laut dan Dewa Malam. Bersamaan dengan itu, tubuh Siluet mengalami kejang-kejang dan panas tinggi. Dewa Laut tertawa melihat Siluet amat kesakitan.
“Tidak apa-apa Siluet, hanya sakit sebentar karena adanya tambahan insang di dalam dadamu. Kalau kau panas tinggi itu karena masuknya cahaya jelita di wajahmu. Sekarang kami akan pulang ke Istana Dewa,” pamit dua Dewa yang telah hilang dari pandangan Siluet.
Kini Siluet bahagia sekali, tapa bratanya telah terkabul. Rasa penasaran tiap hari melihat kelap kelip di laut, sudah dibuktikan dengan melihat Cacing Laut Bercahaya. Sebelumnya tiap hari Siluet memang melihat laut karena rumahnya di pinggir pantai. Ketika hendak pergi bertapa, ayah ibunya melarang, sehingga ia pergi tanpa pamit. Kini ia akan pulang dengan segudang cerita indah kepada ayah ibu dan saudara-saudaranya.
Syahdan, kepulangan Siluet disambut dengan sangat bahagia oleh segenap keluarga dan penduduk kampungnya. Apalagi kini Siluet bertambah sangat cantik jelita, wajahnya bercahaya, kulitnya putih halus, sikapnya lembut, hatinya baik dan pandai bercerita tentang kehidupan bawah laut dengan sangat mempesona, sehingga pendengarnya terkagum-kagum oleh cerita Siluet.
Karena rumahnya di pinggir pantai, ia sering diajak teman-temannya berenang di pantai. Saat tersentuh air, ia menjadi Ikan Duyung kembali, dan ia langsung menyelam ke air hingga ke dasar- laut. Tak ada seorang penduduk kampungpun yang mampu mencari Siluet di dasar laut. Tak lama kemudian ketika teman-teman masih ribut mencari Siluet, Siluet sudah menampakkan diri di dataran tinggi sambil melambai-lambai.
Namun rahasia Siluet akhirnya tersingkap juga. Banyak penduduk yang pernah memergoki Siluet menjadi Ikan Duyung. Ketika didesak, akhirnya Siluet mengakui bahwa ia akan menjadi Ikan Duyung jika tersentuh air laut. Berita ini mengagetkan seluruh penduduk kampung. Maka cerita Siluet tentang kehidupan bawah laut akhirnya dipercayai.
Keberadaan Siluet sebagai manusia Ikan terdengar hingga istana raja. Pangeran Mahkota ingin berkenalan dengan puteri pantai yang katanya cantik jelita itu. Maka datanglah Sang Pangeran berkunjung ke rumah Siluet. Benar, Pangeran langsung jatuh cinta dan ingin melamarnya. Tentu Siluet tidak menolak, dan kini ia menjadi Ratu di Kerajaan Kota.
Jika malam amat gelap dan Siluet rindu berjoget dengan Ubur-ubur, ia pun terjun ke laut. Dan jika kangen melihat terumbu karang dan ikan laut yang indah-indah, Siluet juga terjun ke laut di siang hari. Pangeran Mahkota hanya menunggu di kapal kerajaan di tengah laut. Pangeran tidak pernah marah jika Siluet ingin bercanda dengan teman-teman lautnya.
Demikianlah cerita Siluet. Tekadnya untuk melihat cahaya di laut dikejar dengan tapa brata tanpa mengeluh. Ketika telah menjadi Ratu, Siluet tetap menjadi gadis ramah dan selalu mengunjungi teman Ubur-ubur dan Cacing Laut bercahaya. Siluet tidak canggung dengan sebutan Ratu Ikan Duyung. Ia malah bangga menjadi manusia setengah ikan.
NONI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar