PERI : ANTARA TUPAI DAN TARZAN
Tupai adalah makhluk mungil nan cantik. Ia tidak pernah bikin ribut. Ia selalu mengalah kepada siapa saja. Ia juga binatang yang suka menolong sesama untuk memecahkan barang-barang berkulit keras. Maklum ia pemakan buah kenari yang keras. Namun suatu saat, Tupai mengadu kepada Peri Hutan. Ia sangat keberatan jika kepandaiannya dijiplak Tarzan.
Peri Hutan kaget. Dia merasa tidak pernah menciptakan binatang bernama Tarzan. Kontan binatang hutan mengetawai Peri junjungannya ini. “Aduh Ibu Peri, mengapa koq kuper? Tarzan itu manusia peliharaan Monyet sejak bayinya hingga dewasa,” demikian Bebek menceritakan sambil memegal-megolkan bokongnya mengejek Peri Hutan.
“Sejak bayi hingga dewasa? Wah, aku kecolongan selama 20 tahun. Masakan aku tak pernah melihat adanya Tarzan di hutanku. Tetapi jika Tarzan berguna bagi kalian, aku akan mengangkatnya menjadi salah satu rakyatku. Jika ia merugikan, aku akan mengirimkannya kepada manusia,” kata Peri Hutan.
“Dia baik Ibu Peri, kami mengangkatnya menjadi pengganti Ibu Peri jika Ibu pergi ke Istana Dewa,” serentak rakyat hutan membela Tarzan. Peri Hutan tambah kaget lagi.
“Benarkah? Tetapi mengapa Tupai marah? Kepandaian apa yang dijiplak dari Tupai.” tanya Peri Hutan.
“Ia berjalan menggunakan akar gantung pohon hutan untuk kesana kemari, persis seperti Tupai. Jika Tupai mengadu adalah karena kepandaiannya melompat dari satu dahan ke dahan lain, merupakan hak ciptanya Tupai!” jawab Gajah.
Peri Hutan tersenyum lebar. Ada-ada saja si Tupai, pakai hak cipta segala. Memang punya hak macam mana? Semua kepandaian makhluk adalah ciptaan Yang Maha Pencipta, bathin Peri Hutan. Tetapi Peri Hutan penasaran, seperti apakah manusia yang bernama Tarzan itu?
Syahdan, Peri Hutan kini menyamar menjadi manusia tua yang tersesat di hutan. Ia sudah berada pada jarak yang amat dekat dengan Tarzan. Tak lama kemudian keduanya sudah saling berhadapan. Tarzan kaget tak alang kepalang.
Di tengah hutan begini, ada nenek tua yang masih sangat sehat. Buru-buru Tarzan yang sedang berayun di akar beringin, meluncur turun dengan lincah. Nenek tua sangat kagum atas kegesitan Tarzan
“Eh eh, anak muda yang ngganteng, jangan membuat kaget nenek ya…” kata Nenek.
“Aaauuuuuua,” jawab Tarzan. Nenek tua kaget. Koq dijawab dengan auman Monyet.
“Hai Pemuda ngganteng, siapa namamu? Mengapa berada di tengah hutan ini?”
“Aaauuuuaaa,” jawab Tarzan.
Nenek tua akhirnya tahu bahwa Tarzan tidak bisa menangkap bahasa manusia yang ia gunakan. Maka ia ganti bertanya dengan menggunakan bahasa binatang.
“Aku mau ketemu ibumu,” kata nenek tua. Tarzan malah kaget, ada manusia bisa bahasa binatang. “Siapa kau?” tanya Tarzan yang memang hanya bisa berbahasa binatang. “Aku Peri Hutan!” berkata demikian nenek tua itu sudah mengubah dirinya menjadi Peri Hutan.
“Aduh Ibu Peri, maafkan saya tak tahu ada Ibu Peri disini,” kata Tarzan sambil menyembah. “Oh, sudahlah Tarzan. Aku hanya bertanya, siapa yang mengajarimu meluncur dari dahan ke dahan?” tanya Peri Hutan.
“Dari semua binatang hutan, terutama ibuku, Monyet!” jawab Tarzan yang mengaku anaknya Monyet.
“Kalau dari Tupai, apanya yang kau tiru?” tanya Peri Hutan lagi.
“Oh Tupai, ia binatang peloncat paling hebat. Aku menirunya ketika Tupai jatuh dari ketinggian dengan tetap tegak di keempat kakinya,’ jawab Tarzan.
“Kau tahu Tarzan, Tupai marah atas penjiplakanmu itu,” kata Peri Hutan.
“Ohhh, maafkanlah. Lalu apakah aku akan dihukum? Aku tidak menjual penjiplakanku ini untuk kepentingan bisnis. Semua melulu untuk menolong sesama binatang hutan jika manusia bikin celaka mereka,” bela Tarzan.
“Ohhh, begitu Ya sudah!” berkata demikia Peri Hutan menghilang.
Peri Hutan menemui Tupai lagi. Maka sidang langsung digelar di ranah Tupai-tupai. Mereka terus-terusan meneriakkan yel-yel anti Tarzan.
“Wahai para Tupai, Tarzan belajar ilmu dari semua binatang termasuk Tupai. Ia tidak membisniskan penjiplakannya itu kepada umum,” kata Peri Hutan.
“Yang kami adukan bukan sekedar penjiplakannya Ibu Peri, tetapi kami takut, Tarzan bisa mengembangkan ilmu kami itu melebihi kami. Sedangkan kami tak bisa menciptakan kepandaian lain selain yang kami bisa sebagai Tupai,” kata raja Tupai merengek.
“Oh oh oh, Tupai, manusia diciptakan dengan tambahan akal untuk menciptakan kelebihan. Setiap tahun bumi bertaMbah maju karena adanya manusia,” kata Peri Hutan.
“Kalau begitu, mengapa Tarzan yang manusia diambil anak oleh Monyet? Sedangkan jika binatang diambil manusia, hanya dijadikan bahan makanan?”
“Lhoo… sebenarnya, apa yang kamu keluhkan? Penjiplakan Tarzan atau manusia menyembelih binatang?”
“Yang kami inginkan adalah tidak ada manusia menghuni hutan ini. Tarzan harus pergi.”
“Semua binatang Hutan menyayanginya, bahkan mengangkat Tarzan menjadi wakilku!”
“Wah, kami keberatan Ibu Peri. Itu tidak adil. Manusia harus diperangi karena pemakan binatang.”
“Dengar Tupai, Tarzan penolong binatang yang dianiaya manusia,” kata Peri Hutan.
“Bohong Ibu Peri. Kami melihat Tarzan suka membuat kambing guling, gulai ayam dan bestik lidah sapi,” kata Tupai.
“Hahhh, benarkah?”
Saking kagetnya Peri Hutan, ia langsung menghilang dan menemui Tarzan kembali.
“Hai Tarzan, kata Tupai, kau suka bikin kambing guling, gulai ayam dan bestik lidah sapi,” tanya Peri Hutan.
“Ternyata enak juga Ibu Peri, tetapi aku dikasih Polisi Hutan koq. Dialah temanku satu-satunya. Jika aku makan, Tupai melihatku, kayaknya dia juga kepingin,” bela Tarzan.
Ibu Peri makin kebingungan. Buru-buru dia menghilang dan kembali menemui Tupai.
“Wahai Tupai, Tarzan makan gulai ayam, kambing guling dan berstik lidah sapi karena dikasih Polisi Hutan, kamu kepingin ya…?” tanya Peri Hutan.
“Ibu Peri... habis, kami hanya diberi porsi memakan biji kenari hazelnut di pohon yang tinggiiiii banget. Gigi kami capek mengeratnya, meski gigi kami kuat dan tajam, kami juga harus loncat-loncat begitu tinggi,’ keluh Raja Tupai.
Seketika Peri Hutan tak dapat menahan ketawanya. Dasar Tupai bodoh dan tak tahu diuntung. Sudah diberi keistimewaan sebagai binatang paling dahsyat yang bisa terbang tanpa sayap dari jarak 30 meter di ketinggian 100 meter, masih belum cukup juga.
“Tupai, kau pandai melompat dari satu pohon ke pohon lainnya tanpa terjatuh layaknya pemain sirkus. Kau bisa mendapatkan makananmu, buah kenari dan buah-buahan berkulit keras di pucuk pohon yang tinggi. Kau bisa mengumpulkan makanan di berbagai musim di dalam sarangmu. Kau punya ekor yang jadi kemudi saat kau terbang. Kau punya kumis untuk menjaga keseimbangan. Kumismu juga untuk mengenali benda-benda di malam hari. Dan kau punya selaput terbang, bisa membuat 6 lompatan berturutan, menempuh jarak 530 meter. Kau memang diciptakan seistimewa itu. Masih kurangkah, Tupai?!” seru Peri Hutan.
Tiba-tiba hampir semua binatang hutan ikut masuk di ruang sidang, termasuk Tarzan.
“Wahai Ibu Peri, mohon ampuni semua rakyatmu. Tentu saja Tupai tidak berani protes pada Ibu Peri. Itu semua hanyalah akal-akalan rakyatmu, agar Ibu Peri mengenal Tarzan,” seru Beruang yang mengkomandani penghuni hutan. Memang sebenarnya aksi protes Tupai kepada Peri Hutan dibuat agar Peri Hutan berkenalan dengan Tarzan,”
“Jadi…” seru Peri Hutan dan Tarzan yang juga dikerjai dan dikibuli binatang hutan. Peri dan Tarzan akhirnya tertawa riang bersama Tupai dan segenap binatang hutan. Meski dikerjai, Peri Hutan dan Tarzan tidak marah.
NONI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar