RATU BURUNG DIPERDAYA
Di hutan yang berbatasan dengan lading penduduk, burung-burung sedang berhias diri dengan sangat antusias. Maklum, selama ini mereka sudah jemu mengikuti idol; bernyanyi, bersiul dan bersuara bagus. Biasanya Cocakrowo dan Perkutut yang jadi pemenang. Maka ketika Peri Angin mengadakan lomba burung paling indah, paling cantik dan paling pintar bergaya, buru-buru semua burung pergi ke salon dan privat khusus modelling. Semuanya bermaksud ingin menjadi juara ratu burung terelok.
Sebelum lomba, suasananya ribut sekali. Untuk berhias, burung Kasuari minta bantuan ayam Kate. Maklum ayam Kate memang pintar berdandan. Si Kate sendiri mengejek Angsa yang hanya luluran memutihkan bulunya. Ada lagi burung Podang, ia bertapa memohon kepada Candik Ayu di langit agar diberi sinar kuning keemasan. Burung Dara mohon kecantikan pada planet Bulan, burung Betet menggosok paruhnya dengan kunir, sedangkan Bebek belajar goyang ngebor pada si Ratu Ngebor. Melihat Bebek ngebor, burung Bangau lantas meniru tingkah Jerapah yang sedang beraksi. Sementara itu burung-burung lain juga berbuat senada.
Tak terkecuali burung Merak. Agar menjadi juara, tak tanggung-tanggung, Merak langsung mengamati wibawa ratu bumi, Cleopatra. Bagaimana cara dan sikap Sang Ratu duduk, melangkahkan kaki, menggoyang bokong dan melirikkan bola mata, Merak sangat cermat menirunya. Agar bulunya indah, dia bertanya kepada para pelukis. Hebatnya Merak juga mengambil inti sinar matahari untuk menyilaukan warna bulunya.
Tepat pada hari lomba, semua burung memamerkan wajah dan gayanya. Burung-burung sangat pintar berhias, terutama burung Cendrawasih dari Irian. Termasuk Merak. Dengan gaya penuh PD, 30 Merak beraksi di panggung. Setelah memberi hormat pada juri, pelan-pelan bulu panjang Merak dinaikkan hingga membentang seperti kipas. Tiap bulu kipas dihiasi bulatan mata-mata belo di ujung-ujungnya.
Karena mereka memilih sejuta warna, jadilah pameran warna ajaib yang sangat alami. Apalagi di bawah kilau sinar matahari, bulu-bulu Merak memantulkan pesona warna gemerlap. Merak pun berjoget ketika musik dibunyikan. Tariannya sungguh mencengangkan. Kelembutan gerak tarinya tak kalah memukau dibandingkan gemulai penari Bedaya.
Tak heran jika keelokan Merak tak tersaingi. Mereka menjadi juara. Penonton bertepuk riuh mengagumi keelokan Merak. Salah satu penonton yang langsung jatuh hati, kagum dan jadi sangat sayang pada Merak adalah si raja hutan, Harimau.
Merak sangat bangga. Iapun terus menari dan memperlihatkan pesona keindahan bulu-bulunya kepada segenap binatang hutan. Saat seluruh binatang lain lari tunggang langgang karena datangnya singa lapar, Merak tak sadar sehingga tidak sempat melarikan diri. Padahal Singa dan Harimau sudah berada di hadapannya.
Namun, saking cantiknya Merak membuat Singa dan Harimau tidak tega memakannya. Merekapun akhirnya berteman akrab dan tak seekor Merak pun yang pernah di makan Harimau di hutan. Maka Merak jadi angkuh. Dialah satu-satunya penghuni hutan yang tidak takut terhadap harimau. Karena berteman dan berlindung kepada si raja hutan, Merak lepas dari incaran Beruang, Monyet atau Buaya atau binatang besar lainnya..
Tetapi pada suatu hari, hutan ladang sangat ribut. "Tok-tok keeeerrraaaooo! Tok-tok keeeerrraaaaoooo!" Teriakan histeris dikumandangkan burung-burung Merak. Hal ini sangat mengangetkan Peri Angin. Bagi Peri Angin, tidak biasanya burung paling indah di hutan ini berteriak. Mereka burung yang paling tak suka bikin ribut dan selalu dilindungi si Raja Hutan.
Ibu Peri menduga burung Merak pasti diganggu kawanan Babi Hutan sebab keindahan bulu-bulu Merak telah menimbulkan kecemburuan mereka. Memang, Babi Hutan sangat kecewa kepada Peri Hutan karena tubuhnya diciptakan sangat buruk. Kulitnya hitam, perutnya gendut, kepalanya kecil, mulutnya nyongor, kakinya pendek dan hidupnya di tempat kotor. Padahal Singa punya kulit yang indah. Adapun Gajah, meski berkulit hitam, tetapi tubuhnya besar, telinganya lebar dan punya belalai panjang. Babi takut protes kepada Peri Hutan. Salah-salah Peri Hutan marah, tubuhnya malah dibuat lebih buruk lagi.
Itulah sebabnya Babi Hutan sering menganggu Merak. Mengapa? Karena Babi Hutan tak mungkin menggoda atau cemburu pada Singa, bisa jadi malah dimangsa. Andai Babi mengganggu Gajah, bisa diinjak sampai remuk. Jadi si Ratu Burunglah yang jadi pelampiasan marahnya.
Maka pada pagi itu Peri Angin langsung mendatangi Peri Hutan. “Wahai Peri Hutan, kamu memang Peri yang tak punya selera seni. Rakyat ciptaanmu si buruk rupa Babi Hutan selalu mengganggu burung ciptaanku, si cantik Merak. Dengarlah, hutan-hutan ribut oleh teriakan Merak. Kamu harus menghukum Babi Hutan,” kata Peri Angin.
Didamprat demikian, Peri Hutan jadi malu. Tanpa pamit, Peri Hutan langsung turun ke bumi untuk menghukum Babi Hutan. Namun Peri Hutan melihat si Babi sedang tidur mendengkur, sama sekali tidak mengganggu burung Merak.
Tiba-tiba Peri Hutan melihat ada makhluk manusia berkepala Harimau yang sedang mengejar Merak untuk ditangkap. Solider kepada Peri Angin, Peri Hutan mengikuti tingkah laku manusia Harimau yang membawa bedil dengan moncong peluru yang siap ditembakkan.
Dengan cepat Peri Hutan meceritakan kesaksiannya kepada Peri Angin. Kontan Peri Angin khawatir. Selama ini banyak Merak yang terbantai. Ternyata manusia Harimau yang membunuhi rakyatnya. Peri Angin segera terbang ke hutan. Benar. Ada 3 manusia berkepala Harimau. Setelah diteliti, ternyata mereka adalah manusia yang memakai baju dan topeng Harimau. Mereka mengincar bulu-bulu indah Merak untuk dijual karena harganya selangit.
“Sebaiknya mereka diberi pelajaran agar Merak tidak punah karena terus diburu,” kata Peri Angin.
“Itu karena kamu Peri seniman, sehingga lupa tidak mengajari Merak berlari cepat. Merak menjadi burung yang malas terbang, lamban berjalan dan ekornya kebesaran,” hardik Peri Hutan membalas ejekan Peri Angin tadi.
“Kamu mengejek Ratu Burungku. Ingat Harimau-harimaumu memuja Merakku,” timpal Peri Angin.
“Itulah sebabnya Merak gampang ditipu. Orang berkepala Harimau dikira Harimau asli. Maka ia gampang ditangkap manusia bertopeng harimau, lalu dibunuh. Bulunya dicabuti, dijual dijadikan reog,” kata Peri Hutan.
Peri Angin menunduk malu. Singkat kata manusia berkepala harimau itu lalu ditangkap kedua Peri Hewan tadi, lalu diinterogasi.
“Wahai manusia, untuk apakah kau tangkap burung Merakku?”
“Karena bulunya indah, harganya mahal, sedangkan dagingnya empuk hingga enak dimakan,” jawab manusia.
“Harimau saja tak tega memakannya, kenapa manusia tega?” tanya Peri Angin lagi.
“Kami sulit menangkap Babi Hutan karena larinya cepat dan suka menyelip di semak belukar. Jika mendapat Babi Hutan, kulitnya tak laku dijual, dagingnya pun tidak enak dimakan. Maka kami lebih suka menangkap Merak,” bela manusia.
Kedua Peri saling berpandangan. Kini mereka tahu bahwa selama ini, Peri Hutan sibuk berpikir bagaimana binatang hutan bisa hidup kuat, bisa berperang mencari makan dan bisa bertahan agar tidak kalah. Makanya Peri Hutan mencipta hewan-hewannya tanpa rasa seni blasss, sama sekali tidak indah kecuali kuat dan gagah.
Sedangkan Peri Angin, ia terlalu sibuk mencipta keindahan burung-burungnya sehingga lupa memberi kekuatan fisik. Makanya burung Merak kekurangan daya tahan dan kurang akal jika diserang musuh. Setelah melepas manusia berkepala harimau, kedua peri itu pulang ke Istana Dewa sambil berpikir keras bagaimana memberi kelebihan yang sempurna kepada binatang-binatang yang masih banyak kekurangannya.
NONI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar