Minggu, 22 Mei 2011

Seri Dewa-dewa: Ramalan Dewa Sepuh

DEWA SEPUH MERAMAL

Di Kahyangan yakni Istana Dewa, Dewa Sepuh sedang dikelilingi Dewa-Dewi dan para Peri. Mereka sering bertanya ini-itu karena ceramahnya sangat bermutu. Sebagai orang tua, Dewa Sepuh mempunyai wawasan yang sangat luas, sangat berpengalaman dan bisa meramal hidup dewa atau peri penghuni Istana Dewa. Itulah sebabnya, Dewa Sepuh selalu didatangi para Dewa untuk minta nasehat.

Seperti di pagi itu. Dewa Sepuh sedang bercengkerama dengan para Dewa dan Peri. Banyak yang minta diramal, apakah tugas dan pekerjaan bisa sukses pada tahun depan. Satu per satu mereka diramal. Ada ramalan yang menenteramkan, ada yang harus diwaspadai. Dewa Utama selalu senang mendengarkan ramalan-ramalan Dewa Sepuh. Karena itu Dewa Utama ikut mendengarkan uraian Dewa Sepuh dengan cermat.

Pada suatu hari, Dewa Utama mempunyai ide. Seandainya ramalan-ramalan Dewa Sepuh diturunkan ke bumi, penduduk bumi pasti sangat senang mendapati ramalan yang sangat manjur tadi. Menurut pemikirannya, dari pada penduduk bumi pergi ke dukun, -biasanya ilmu dukun tidak setinggi ilmu Dewa- lebih baik mereka mencermati ramalan Dewa Sepuh. Maka Dewa Utama meminta Dewa Sepuh agar turun ke bumi untuk meneliti, ramalan seperti apakah yang cocok diturunkan.

Dewa Sepuh pun segera turun ke bumi. Ia didampingi Peri Hutan, sebab dewa atau peri-peri yang lain pada sibuk sendiri-sendiri. Padahal sebenarnya mereka malas harus mendampingi Dewa Sepuh karena dia sudah tua dan sakit-sakitan. Untunglah Peri Hutan sangat sabar membimbing dan menggendong Dewa Sepuh jika tersandung batu.

Mengetahui Peri Hutan amat sayang pada Dewa Sepuh membuat Dewa Sepuh sangat berterima kasih. “Peri, kamu sangat baik padaku, mengapa?” tanya Dewa Sepuh. “Kakek Dewa, tak perlu sungkan, aku hanya ingin Kakek tidak terluka tertusuk duri dan tidak dinakali penduduk bumi. Aku akan menjaga Kakek agar selalu sehat,” jawab Peri Hutan.

“Baiklah, karena kau telah baik padaku, maka hewan-hewan peliharaanmu yang akan aku jadikan simbol-simbol ramlan-ramalanku nanti,” janji Dewa Sepuh. “Silahkan kakek, aku senang sekali, rakyatku pasti juga bangga. Tetapi ramalan seperti apa yang akan kakek turunkan?” tanya Peri Hutan.

“Aku akan membuat shio. Isinya 12 simbol yang berlaku setiap sekitar setahun sekali. Setiap tahun shio-shio itu memberi watak tersendiri. Sekarang tugasmu menyiarkan kepada rakyatmu, siapa yang ingin menjadi simbol dari shio-shioku nanti. Cepatlah, badanku sudah capek pegal linu, aku hanya ingin semalam saja di bumi. Aku ingin segera pulang ke istana Dewa,” demikian Dewa Sepuh memerintah.

Maka Peri Hutan segera mengumpulkan binatang hutannya, lalu memberi pengumuman yang berbunyi: “Barang siapa yang ingin menjadi simbol dari ramalan shio yang akan diturunkan Dewa Sepuh, harap datang besok pagi-pagi sekali di tenda hutan. Hanya diperlukan 12 hewan yang datang paling pagi,” demikian seruan Peri Hutan.

Pengumuman itu sangat menggegerkan penghuni hutan. Ada lebih dari 500 binatang hutan, padahal yang dipilih hanya 12. Maka mereka pun bersiap diri agar besok pagi tidak terlambat datang. Ada yang langsung tidur, ada yang begadang semalaman dengan minum kopi banyak-banyak, ada juga yang memasang jam beker.

Persaingan merebut posisi terpilih menjadi lambang shio Dewa Sepuh sangat ramai. Binatang hutan yang penuh akal segera beraksi. Si Kancil, dialah binatang yang paling licik. Dilihatnya, sekawanan binatang hutan pada begadang tidak tidur. Mereka adalah Zebra, Jerapah, Gajah, Beruang, Banteng, Badak dan Sapi. Mereka adalah binatang-binatang besar. Pasti menang jika berdesak-desak antri di depan tenda. Akal bulus Kancil segera muncul.

Maka Kancil pura-pura ikut nimbrung di arena begadang. “Hai Kancil, kau juga mau begadang? Boleh, tetapi kau harus membawa kopi dan rumput yang banyak. Jika tidak, kau tidak boleh ikut begadang disini,” kata Sapi.

“Baik, tunggulah, akan kubawakan kopi enak dan rumput hijau yang segar,” janji Kancil. Berkata demikian, Kancil lalu pergi, namun tak berapa lama ia sudah datang kembali.

“Silahkan minum kopi enak dari Sumatera. Ini kopi trubuk asli yang kuberi sedikit jahe. Pasti kalian bisa begadang sampai siang,” kata Kancil sambil menyodorkan kopinya kepada setiap hadirin. “Wah benar, kopinya enak sekali. Lagi boleh Cil, boleh ya…,” tanya Gajah tanpa sungkan langsung minta tambah. Ternyata semua minta tambah.

Namun apa yang terjadi? Tak lama kemudian, kawanan hewan besar itu menguap. “Lho lho, lho….Cil… koq aku jadi kantuk sekali. Kau pasti meracuni kami….,” tuduh Badak, tetapi ia tak sempat melanjutkan geramnya karena langsung tertidur pulas. Kancil memang sudah memberi racun tidur pada kopinya. Ramuan kopi tidur Kancil, bisa membuat peminumnya teler dua hari dua malam.

Beberapa saat kemudian, perkumpulan yang sebelumnya ramai oleh gelak tawa itu menjadi sepi, sebab mereka telah tertidur pulas. Tak heran yang namanya Zebra, Jerapah, Gajah, Beruang, Banteng dan Badak tidak hadir di tenda. Mereka pun gagal menjadi binatang terpilih simbol shio Dewa Sepuh.

Kancil sangat lega bisa mengakali hewan-hewan gede. Tak puas dengan itu, ia pun pergi ke segala pelosok hutan untuk menemui binatang lain agar minum kopinya hingga merekapun tertidur 2 hari. “Jika banyak hewan yang ketiduran, artinya sainganku hanya sedikit,” demikian batin Kancil.

Di ladang hewan kecil, Ayam, Angsa dan Bebek ternyata hidup damai. Segala sesuatu diputuskan secara musyawarah. Tak perlu tipu daya, iri hati dan persaingan. Kawanan hewan bersayap ini malah kompromi, Ayamlah yang diajukan sebagai calon. Alasannya karena ayam bangun paling pagi. Iapun bertugas membangunkan orang. Adapun Bebek memang menolak akibat malu tak dapat berjalan lebih baik dari pada sekarang. “Jalanku kebanyakan megal-megolnya, bikin orang tertawa,” kata Bebek malu-malu. Angsa juga menolak karena ia terlalu sibuk dan tak ingin kehilangan waktu luluran memutihkan bulu-bulunya.

Di dapur, Kucing, Jangkrik, Kacoa dan Tikus sedang bermain-main. Mendengar berita pemilihan hewan lambang Shio, Kucing dan Tikus juga sangat berminat untuk bisa terpilih. Kucing sangat berambisi. Iapun berpesan pada Tikus, Jangkrik dan Kecoa agar dibangunkan pagi-pagi. Maklum, malam itu Kucing punya tugas ronda menjaga lingkungan karena di malam hari mata Kucing amat awas. Adapun Jangkrik dan Kecoa tidak akan ikut mendaftar karena merasa diri tidak pantas menjadi simbol ramalan. Maklum tubuhnya kecil dan bau.

Beda dengan Tikus, ia amat lincah, lagipula nakal dan liciknya melebihi Kancil. Tentang ambisi, jangan ditanya lagi. Meskipun badannya keecil, cita-citanya setinggi langit. Ia ingin mengalahkan semua binatang hutan berkaki empat yang tubuhnya berpuluh kali lebih besar dari dirinya, terutama Kucing.

Ia berjanji akan mengalahkan Kucing. Maka diam-diam dia membawa Kecoa dan Jangkrik di terowongan air. Ia beri selimut dan musik berupa gemiricik air. Hal ini membuat keduanya tertidur lena tanpa bisa bangun pagi. Habis itu, Tikus pergi ke tenda tanpa membangunkan Kucing.

Tepat pada pagi harinya, banyak binatang yang sudah berlumpul dengan rapi di depan tenda. Sekejap kemudian Dewa Sepuh dan Peri Hutan keluar dari tenda.
Bersabdalah Dewa Sepuh kepada hadirin.”Wahai binatang Hutan. “Karena kebaikan Peri Junjunganmu, kalianlah yang kupilih menjadi hewan lambang shio-shioku. Akan kupilih sesuai dengan antri kalian.”

Maka para hewan yang sudah hadir segera berbaris antri merapikan diri.

“Baiklah, Shio pertama adalah Kerbau,” kata Dewa Sepuh. Tikus yang takut tidak terpilih, timbul kelicikannya. Ia berlari ke barisan paling depan secara diam-diam lalu berteriak, “Wahai Dewa Sepuh, hamba Tikus. Hamba sudah berdiri disini nomor satu. Apakah Paduka tidak melihat diriku yang kecil ini? Aku berada di depan kaki Kerbau.”

Seketika arena sidang menjadi riuh. Dewa Sepuh mencari-cari Tikus. Karena sudah tua dan matanya rabun, Tikusnya tidak tampak. Peri Hutan yang akhirnya melihat Tikus berada di urutan pertama. “Oh benar, Tikus sudah berdiri paling depan, Dewa Sepuh,” kata Peri Hutan.
“Baiklah. Shio pertama Tikus,” kata Dewa Sepuh. Segenap hadirin bertepuk tangan. Wah Tikus bangga sekali, meski paling kecil, tetapi ia sudah mampu mengalahkan semua binatang besar berkaki empat.

“Shio hedua Kerbau. Selanjutnya ketiga Macan, empat Kelinci, lalu Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing dan Babi.”


Dimana Kancil? Ternyata Kancil masih sibuk meracuni hewan-hewan hutan. Ia sampai lupa kalau pagi telah datang. Ia lari terbirit-birit ke tenda. Namun Kancil berdiri di nomor 23. Maka ia tidak kebagian nomor shio. Kancil menyesal atas keteledorannya sehingga namanya tidak terabadikan dalam simbol Shio.

Adapun Kucing marah luar biasa kepada Tikus. Ia bangun siang dan tidak dibangunkan. Kucing juga tahu bahwa Tikus menyandera Jangrik dan Kecoa agar tak bisa membangunkan Kucing. Sejak itu Kucing selalu mengejar Tikus jika terlihat di matanya, persis seperti cerita Tom and Jerry.


NONI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar